Senin, 24 Maret 2014

PENALARAN

PENGERTIAN PENALARAN


Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasiempirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yangsejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisiyang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yangsebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.


Definisi Penalaran Menurut Para Ahli :

Keraf (1985: 5) berpendapat bahwa Penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu kesimpulan.

Bakry (1986: 1) menyatakan bahwa Penalaran atau Reasoningmerupakan suatu konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui.

Suriasumantri (2001: 42) mengemukakan secara singkat bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa pengetahuan. 

 Ciri – Ciri Penalaran

Dilakukan dengan sadar,

Didasarkan atas sesuatu yang sudah diketahui,

Sistematis,

Terarah, bertujuan,

Menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan, keputusan atau sikap yang baru,

Sadar tujuan,

Premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah diperoleh,

Pola pemikiran tertentu,

Sifat empiris rasional

PROPOSISI


Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat di antarasubjek dan predikat. Dengan kata lain, proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat atau term-term yang membentuk kalimat. Kaliimat Tanya,kalimat perintah, kalimat harapan , dan kalimat inversi tidak dapa disebut proposisi . Hanya kalimat berita yang netral yang dapat disebut proposisi. Tetapi kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya menjadi kalimat berita yang netral.


Jenis-Jenis Proposisi

Proposisi dapat dipandang dari 4 kriteria, yaitu berdasarkan :

1. Berdasarkan bentuk

2. Berdasarkan sifat

3. Berdasarkan kualitas

4. Berdasarkan kuantitas





Gbr1. Skema Jenis-Jenis Proposisi


Berdasarkan bentuk, proposisi dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

a) Tunggal adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat atau hanya mengandung satu pernyataan.

Contoh :

• Semua petani harus bekerja keras.

• Setiap pemuda adalah calon pemimpin.


b) Majemuk atau jamak adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan lebih dari satu predikat.

Contoh :

• Semua petani harus bekerja keras dan hemat.

• Paman bernyanyi dan menari.


Berdasarkan sifat, proporsis dapat dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu:

a) Kategorial adalah proposisi yang hubungan antara subjek dan predikatnya tidak membutuhkan / memerlukan syarat apapun.

Contoh:

• Semua kursi di ruangan ini pasti berwarna coklat.

• Semua daun pasti berwarna hijau.


b) Kondisional adalah proposisi yang membutuhkan syarat tertentu di dalam hubungan subjek dan predikatnya. Proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu: proposisi kondisional hipotesis dan disjungtif.

Contoh proposisi kondisional:

• jika hari mendung maka akan turun hujan

Contoh proposisi kondisional hipotesis:

• Jika harga BBM turun maka rakyat akan bergembira.

Contoh proposisi kondisional disjungtif:

• Christiano ronaldo pemain bola atau bintang iklan.


Berdasarkan kualitas, proposisi juga dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

a) Positif(afirmatif) adalah proposisi yang membenarkan adanya persesuaian hubungan antar subjek dan predikat.

Contoh:

• Semua dokter adalah orang pintar.

• Sebagian manusia adalah bersifat sosial.


b) Negatif adalah proposisi yang menyatakan bahawa antara subjek dan predikat tidak mempunyai hubungan.

Contoh:

• Semua harimau bukanlah singa.

• Tidak ada seorang lelaki pun yang mengenakan rok.


Berdasarkan kuantitas., proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:

a) Umum adalah predikat proposisi membenarkan atau mengingkari seluruh subjek.

Contoh:

• Semua gajah bukanlah kera.

• Tidak seekor gajah pun adalah kera.


b) Khusus adalah predikat proposisi hanya membenarkan atau mengingkari sebagian subjeknya.

Contoh:

• Sebagian mahasiswa gemar olahraga.

• Tidak semua mahasiswa pandai bernyanyi.


INFERENSI dan IMPLIKASI

  

Metode inferensi adalah mekanisme berfikir dan pola-pola penalaran yang digunakan untuk mencapai suatu kesimpulan. Metode ini akan menganalisa masalah tertentu dan selanjutnya akan mencari  jawaban atau kesimpulan yang terbaik. Penalaran dimulai dengan mencocokan kaidah-kaidah dalam basis pengetahuan dengan fakta-fakta yang ada.

Contoh metode inferensi :

Pada suatu hari, Anda hendak pergi kuliah dan baru sadar bahwa Anda tidak memakai kacamata. Setelah diingat-ingat, ada beberapa fakta yang Anda yakini benar :

Jika kacamataku ada di meja dapur, aku pasti sudah melihatnya ketika mengambil makanan kecil.

Aku membaca buku pemrograman di ruang tamu atau aku membacanya di dapur.

Jika aku membaca buku pemrograman di ruang tamu, maka pastilah kacamat kuletakkan di meja tamu.

Aku tidak melihat kacamataku ketika aku mengambil makanan kecil.

Jika aku membaca majalah di ranjang, maka kacamataku kuletakkan di meja samping ranjang.

Jika aku membaca buku pemrograman di dapur, maka kacamata ada di meja dapur.

Berdasar fakta tentukan di mana letak kacamata ?

Jawab :

Pernyataan dengan symbol-simbol logika :

p : kacamata ada di meja dapur

q : aku melihat kacamataku ketika mengambil makanan kecil

r : aku membaca buku pemrograman di ruang tamu

s : aku membaca buku pemrograman di dapur

t : kacamata kuletakkan di meja tamu

u : aku membaca majalah di ranjang

v : kacamata kuletakkan di meja samping ranjangFakta dapat ditulis :

1.       p → q

2.       r  v s

3.       r → t

4.       ~q

5.       u → v

6.       s → p

Inferensi yang dapat dilakukan

1.        p → q                                               3. r  v  s

~p ___~q                                            r__ ~s

2.       s → p                                                 4. r → t

~s__~p r___t

Kesimpulan : Kacamata ada di meja tamu


Implikasi adalah Pernyataan majemuk yang menggunakan kata hubung “Jika….maka….”  disebut Implikasi, pernyataan bersyarat, kondisional atau hypothesical dengan notasi

p => q

Dibaca :

jika p maka q

q jika p

p adalah syarat cukup untuk q atau

q adalah syarat perlu untuk p



WUJUD EVIDENSI

Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalahevidensi. Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal dengan pernyataan dan penegasan. Pernyataan tidak berpengaruh apa-apa pada evidensi, ia hanya sekedar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau tidak. Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi, atau sesuatu yang ada secara nyata.



CARA MENGUJI DATA

Supaya data dan informasi dapat dipergunakan dalam penalaran data dan informasi itu harus merupakan fakta. Sebab itu perlu diadakan pengujia-pengujian melalui cara-cara tertentu. Berikut ada beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk mengadakan pengujian tersebut.

a.      Observasi

Fakta-fakta yang diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seorang pengarang atau penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat menggunakannya sebaik-baiknya dalam usaha meyakinkan para pembaca, maka diperlukan peninjauan atau observasi singkat untuk mengecek data atau informasi itu.

b.      Kesaksian

Keharusan menguji data dan informasi tidak harus selalu dilakukan dengan observasi, untuk itu pengarang atau penulis dapat melakukan pengujian dengan meminta kesaksian atau keterangan dari orang lain, yang mengalami sendiri tentang persoalan itu.

c.       Autoritas

Cara ketiga yang dapat digunakan untuk menguji fakta ialah meminta pendapat dari suatu autoritas, yakni pendapat dari seorang ahli, atau mereka yang menyelidiki fakta-fakta itu dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian, menilai semua fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai keahlian mereka dalam bidang itu.


CARA MENGUJI  FAKTA 

Sebagai telah dikemukakan diatas, untuk menetapkan apakah data dan informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penelitian, apaka data dan informasi itu merupakan kenyataan atau yang sungguh-sungguh terjadi. Pada tahap selanjutnya pengarang atau penulis perlu mengadakan penilaian selanjutnya, guna memperkuat fakta yang akan digunakan sehingga memperkuat kesimpulan yang akan diambil. Dengan kata lain, perlu diadakannya seleksi untuk menentukan fakta mana yang akan dijadikan evidensi.

a.      Konsistensi

Dasar pertama yang dapat dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan digunakan sebagai evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat konsisten, tidak ada satu evidensi bertentangan atau melemahkan evidensi lainnya.

b.      Koheresi

Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan penelitian fakta yang dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi. Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus koheren dengan pengalaman-pengalaman manusia, atau sesuai dengan sikap yang berlaku. Penulis harus dapat meyakinkan para pembaca untuk dapat setuju, atau menerima fakta-fakta dan jalan pikiran yang kemukakannya, maka secara konsekuen pula pembaca harus menerima hal lain, yaitu konklusinya.


CARA MENILAI AUTORITAS 

Seorang penulis yang baik dan obyektif selalu akan menghindari semua desas-desus, atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja, atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data-data eksperimental. Apa yang harus dilakukan bila seorang menghadapi kenyataan bahwa pendapat autoritas-autoritas itu berbeda-beda? Yang dapat dilakukan adalah membandingkan-bandingkan autoritas-autoritas itu, mengadakan evaluasi atas pendapat-pendapat itu untuk menemukan suatu pendapat yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk menilai suatu autoritas, penulis dapat memilih beberapa pokok berikut.

a.      Tidak Mengandung Prasangka

Dasar pertama yang perlu diketahui oleh penulis adalah bahwa pendapat autoritas sama sekali tidak boleh mengandung prasangka, artinya pendapat itu disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli itu sendiri. Autoritas juga tidak boleh memperoleh keuntungan pribadi dari data-data eksperimentalnya. Untuk mengetahui apakah autoritas itu tidak memperoleh keuntungan pribadi dari pendapat dan kesimpulannya, penulis harus memperhatikan apakah autoritas itu mempunyai interes yang khusus terhadap sesuatu.

b.      Pengalaman dan Pendidikan Autoritas

Dasar kedua yang harus diperhitungkan penulis untuk menilai pendapat suatu autoritas adalah menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Semua itu diperlukan untuk memperkokoh kedudukan pendapatnya, berdasarkan pengalaman-pengalaman dan penelitian-penelitian yang dilakukannya. Tetapi sekurang-kurangnya  pendidikan serta pengalaman-pengalaman sebagai tampak dari tulisan-tulisan hasil penelitiannya akan memberi keyakinan pada penulis tentang autoritasnya.

c.       Kemashuran dan prestise

Faktor ketiga yang harus diperhatikan oleh penulis untuk menilai autoritas adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas itu hanya sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain. Sering terjadi bahwa seseorang yang menjadi terkenal karena prestise tertentu, dianggap berwenang pula dalam segala bidang. Akan sangat salah ketika pendapatnya itu diambil dari orang yang tidak kompeten pada bidangnya dan dikutip dan diperlakukan sebagai autoritas tanpa mengadakan penilaian sampai dimana kebenaran pendapatnya itu.

d.      Koherasi dan kemajuan

Hal keempat yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah apakah pendapat yang diberikan oleh autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan jaman, atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang itu.

Pengetahuan dan pendapat terakhir tidak selalu berarti yang terbaik. Tetapi harus diakui bahwa pendapat itulah yang terbaik. Tetapi harus diakui bahwa pendapat-pendapat terakhir dari ahli dalam bidang yang sama lebih dapat diandalkan, karena autoritas-autoritas semacam itu memperoleh kesempatan yang paling baik untuk membandingkan semua pendapat sebelumnya, dengan segala kebaikan dan keburukannya atau kelemahannya, sehingga dapat mencetuskan pendapat yang lebih baik. (Eyang kalabahu)



Sumber :   

http://iyano.wordpress.com/2011/05/03/abstrak/

http://vinnaindah.blogspot.com/

DEDUKTIF

Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.


Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.


SILOGISME KATEGORIAL


Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).

Jenis-jenis Silogisme

Berdasarkan bentuknya, silogisme terdiri dari;

Silogisme Kategorial

Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premismayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).

Contoh:

   Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor)

   Akasia adalah tumbuhan (premis minor).

∴ Akasia membutuhkan air (Konklusi)

Hukum-hukum Silogisme Katagorik.

Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.

Contoh:

   Semua yang halal dimakan menyehatkan (mayor).

   Sebagian makanan tidak menyehatkan (minor).

∴ Sebagian makanan tidak halal dimakan (konklusi).

Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.

Contoh:

   Semua korupsi tidak disenangi (mayor).

   Sebagian pejabat korupsi (minor).

∴ Sebagian pejabat tidak disenangi (konklusi).

Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sahdiambil kesimpulan.

Contoh:

   Beberapa politikus tidak jujur (premis 1).

   Bambang adalah politikus (premis 2).

Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).

Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.

Contoh:

   Kerbau bukan bunga mawar (premis 1).

   Kucing bukan bunga mawar (premis 2).

Kedua premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan

Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang melata.

Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.

Contoh:

   Kerbau adalah binatang.(premis 1)

   Kambing bukan kerbau.(premis 2)

∴ Kambing bukan binatang ?

Binatang pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif

Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.

Contoh:

   Bulan itu bersinar di langit.(mayor)

   Januari adalah bulan.(minor)

∴ Januari bersinar dilangit?

Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya.

Contoh:

   Kucing adalah binatang.(premis 1)

   Domba adalah binatang.(premis 2)

   Beringin adalah tumbuhan.(premis3)

   Sawo adalah tumbuhan.(premis4)

Dari premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya.

SILOGISME HIPOTETIK

Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:

Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagianantecedent.

Contoh:

   Jika hujan saya naik becak.(mayor)

   Sekarang hujan.(minor)

∴ Saya naik becak (konklusi).

Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.

Contoh:

   Jika hujan, bumi akan basah (mayor).

    Sekarang bumi telah basah (minor).

∴ Hujan telah turun (konklusi)

Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.

Contoh:

   Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.

   Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.

∴ Kegelisahan tidak akan timbul.

Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.

Contoh:

   Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.

   Pihak penguasa tidak gelisah.

∴ Mahasiswa tidak turun ke jalanan.

Hukum-hukum Silogisme Hipotetik Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar. Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum silogisme hipotetik adalah:

Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.

Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)

Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)

Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.


SILOGISME ALTERNATIF


Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh:

   Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.

   Nenek Sumi berada di Bandung.

∴ Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

ENTIMEN

Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan. Contoh entimen:

Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.

Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.

SILOGISME DISJUNGTIF

Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disyungtif sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya. Silogisme ini ada dua macam yaitu:

Silogisme disyungtif dalam arti sempit

Silogisme disjungtif dalam arti sempit berarti mayornya mempunyai alternatif kontradiktif. Contoh:

   Heri jujur atau berbohong.(premis1)

   Ternyata Heri berbohong.(premis2)

∴ Ia tidak jujur (konklusi).

Silogisme disjungtif dalam arti luas

Silogisme disyungtif dalam arti luas berarti premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif. Contoh:

   Hasan di rumah atau di pasar.(premis1)

   Ternyata tidak di rumah.(premis2)

∴ Hasan di pasar (konklusi).

Hukum-hukum Silogisme Disjungtif

Silogisme disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid.

Contoh:

   Hasan berbaju putih atau tidak putih.

   Ternyata Hasan berbaju putih.

∴ Hasan bukan tidak berbaju putih.

Silogisme disjungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya adalah

Bila premis minor mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah (benar).

Contoh:

   Budi menjadi guru atau pelaut.

   Budi adalah guru.

∴ Maka Budi bukan pelaut.

Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif, maka konklusinya tidak sah (salah).

Contoh:

   Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogyakarta.

   Ternyata tidak lari ke Yogyakarta

∴ Dia lari ke Solo?

Konklusi yang salah karena bisa jadi dia lari ke kota lain.




Sumber :  http://id.wikipedia.org/wiki/Silogisme

INDUKTIF

Paragraf Induktif adalah paragraf yang diawali dengan menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus (mengandung pembuktian dan contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan kesimpulan yang berupa pernyataan umum. Paragraf Induktis sendiri dikembangkan menjadi beberapa jenis. Pengembangan tersebut yakni paragraf generalisasi, paragraf analogi, paragraf sebab akibat bisa juga akibat sebab.


Contoh paragraf Induktif:

Pada saat ini remaja lebih menukai tari-tarian dari barat seperti brigdens, shafel muter, salsa (dan Kripton), free dance dan lain sebagainya. Begitupula dengan jenis musik umumnya mereka menyukai rock, blues, jazz, maupun reff tarian dan kesenian tradisional mulai ditinggalkan dan beralih mengikuti tren barat. Penerimaan terhadap bahaya luar yang masuk tidak disertai dengan pelestarian budaya sendiri. Kesenian dan budaya luar perlahan-lahan menggeser kesenian dan budaya tradisional.


GENERALISASI


Adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual (khusus) menuju kesimpulan umum yang mengikat selutuh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki.

Contoh :

Tamara Bleszynski adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.

Nia Ramadhani adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.

Generalisasi: Semua bintang sinetron berparas cantik.

Pernyataan “semua bintang sinetron berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.

Contoh kesalahannya:

Omas juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.


Macam-macam generalisasi :


Generalisasi sempurna

Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.

Contoh: sensus penduduk

Generalisasi tidak sempurna

Adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.

Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celanapantalon.

Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna

Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.

Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:

Jumlah sampel yang diteliti terwakili.

Sampel harus bervariasi.

Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum


HIPOTESA dan TEORI

Generalisasi dan hipotese memiliki sifat yang tumpang tindih, namun membedakan kedua istilah tersebut sangat perlu. Hipotese (hypo ‘di bawah’, tithenai ‘menempatkan’) adalah semacam teori atau kesimpulan yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta-fakta tertentu sebagai penuntun dalam meneliti fakta-fakta lain lebih lanjut. Dan sebaliknya, teori sebenarnya merupakan hipotese yang secara relatif lebih kuat sifatnya bila dibandingkan dengan hipotese. Teori adalah azas-azas yang umum dan abstrak yang diterima secara ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat dipercaya untuk menerangkan fenomena-fenomena yang ada. Sedangkan hipotese merupakan suatu dugaan yang bersifat sementara mengenai sebab-sebab atau relasi antara fenomena-fenomena, sedangkan teori merupakan hipotese yang telah diuji dan yang dapat diterapkan pada fenomena-fenomena yang releven atau sejenis.

ANALOGI

Analogi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk suatu hal akan berlaku pula untuk hal yang lain.

HUBUNGAN KAUSAL

Hubungan antara sebab dan akibat (hubungan kausal) didalam dunia modern ini, kadang-kadang tidak mudah diketahui. Tetapi itu tidak berarti bahwa apa yang dicatat sebagai suatu akibat tidak mempunyai sebab sama sekali. Pada umumnya hubungan kausal ini dapat berlangsung dalam tiga pola berikut : sebab ke akibat, akibat kek sebab, dan akibat ke akibat.

INDUKSI dalam METODE EKSPOSISI

Sebagai telah dikemukakan diatas, untuk menetapkan apakah data dan informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penelitian, apaka data dan informasi itu merupakan kenyataan atau yang sungguh-sungguh terjadi. Pada tahap selanjutnya pengarang atau penulis perlu mengadakan penilaian selanjutnya, guna memperkuat fakta yang akan digunakan sehingga memperkuat kesimpulan yang akan diambil. Dengan kata lain, perlu diadakannya seleksi untuk menentukan fakta mana yang akan dijadikan evidensi.

a.      Konsistensi

Dasar pertama yang dapat dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan digunakan sebagai evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat konsisten, tidak ada satu evidensi bertentangan atau melemahkan evidensi lainnya.

b.      Koheresi

Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan penelitian fakta yang dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi. Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus koheren dengan pengalaman-pengalaman manusia, atau sesuai dengan sikap yang berlaku. Penulis harus dapat meyakinkan para pembaca untuk dapat setuju, atau menerima fakta-fakta dan jalan pikiran yang kemukakannya, maka secara konsekuen pula pembaca harus menerima hal lain, yaitu konklusinya


sumber : http://andriksupriadi.wordpress.com/2010/04/03/pengertian-generalisasi/